Senin, 11 Agustus 2014

ILMU,TEKNOLOGI & KEBUDAYAAN


Kehidupan pada hakekatnya selalu berkembang (baca: berubah). Dalam konteks sosial, tidak ada masyarakat yang bersifat statis, namun cenderungberubah. Yang konstan adalah perubahan itu sendiri. Perubahan dapat bersifatcepat atau lambat, berkembang ke arah yang lebih baik (Progress) atau mundurke arah sebelumnya (Regress), berujud dan dapat disaksikan (Manifest) atauhanya sekedar tersamar (Latent).

Masalahnya adalah, bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan selalu memunculkan resiko kehidupan sosial atau ketidakpastian sosial. Wujud dari ketidakpastian sosial tersebut bermacam-macam. Ada yang berbentuk kegagapan dalam pemanfaatan produk-produk teknologi hingga kegamangan dalam menerapkan nilai-nilai sosial yang masih transisional. Dalam konteks kekinian, tatanan sosial yang baru (modern) lebih menekankan pada rasionalisasi yang bersifat progresif. Di sisi lain, masyarakat yang mengalami transformasi, solidaritas bukan lagi menjadi prioritas,melainkan lebih individualis atau berorientasi pada pertimbangan untung rugi.Gaya hidup instan menjadi bagian kehidupan masyarakat kita. Akibat tidak langsung yang menonjol adalah suburnya perilaku generasi muda yang kurangsabar, kurang toleransi, menyenangi sesuatu yang praktis dan cepat.

Sadar maupun tidak. Suka atau tidak suka, itulah realitas sosial yang sedang kita hadapi. Kebudayaan yang sedang kita alami saat ini merupakan proses transformasi sosial yang kompleks dan cukup sulit untuk diprediksi.Pertanyaannya adalah, benarkah ilmu dan teknologi berpengaruh atas perkembangan kebudayaan? Sejauh mana ilmu dan teknologi itu berperan? Dimanakah posisi pendidikan akan kita tempatkan? Apakah pendidikan masihdapat diandalkan untuk menjadi solusi atas perubahan ini? ataukah justru pendidikan semakin menjadi bagian dari perubahan yang tengah terjadi? Semoga makalah ini sedikit banyak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pembahasan Hubungan Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan

Dalam sebuah pengantar di salah satu bukunya. Rizal Muntansyir dan Misnal Munir (2006: v) menyatakan bahwa ada semacam kecemasan yang menghinggapi benak kebanyakan para filusuf (pemikir) pada saat ini.Kecemasan itu berkenaan dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semula berjalan di atas rel kesejahteraan dan kepentingan manusia, namun belakangan justru berbalik menyengsarakan karena memperalat manusia sendiri.

Menurutnya, paling tidak ada dua jawaban mengapa hal itu bisa terjadi.Pertama adalah alasan historis (dosa sejarah), di mana pengikut renaissance yang telah memisahkan antara aktivitas ilmiah dengan nilai-nilai keagamaan dimasa lalu hingga menjadikan ilmu bergerak tanpa kendali dan kering darirambu-rambu normatif. Kedua, alasan normatif, bahwa orientasi akademik mengalami pergeseran dari wilayah keilmuan ke wilayah pasar yang cenderung profit oriented , sehingga demi uang segolongan ilmuan tidak segan-segan melanggar kode etik ilmiah.

Sebelum membahas pada persoalan yang lebih rumit lagi, ada baiknya kita kaji lebih dulu definisi ilmu, teknologi dan kebudayaan serta hubungan antara ketiganya.
Definisi Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan.

a. Definisi ilmu
Menurut Prent (1969) sebagaimana dikutip oleh Tim DosenFilsafat UGM (2003: 149) secara etimologis ilmu berasal dari kata ”Scientia” yang berarti pengetahuan tentang, tahu juga tentang,pengetahuan mendalam, faham benar-benar. Masih pada buku yangsama dijelaskan, bahwa ilmu memiliki makna denotatif dan maknakonotatif. Dari makna denotatif, ilmu dapat diartikan sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap manusia maupun”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan melalui prosedur tertentu.

Adapun konotasi istilah ilmu merujuk pada serangkaian aktivitas manusia yang manusiawi, bertujuan dan berhubungan dengan kesadaran. Dari titik pandang internal dan sistematis, konotasi ilmu sesungguhnya menyangkut tiga hal yaitu; proses, prosedur, dan produk. Proses menunjuk pada ”penelitian ilmiah”, prosedur mengacu pada”metode ilmiah”, dan ilmu sebagai produk mengandung maksud”pengetahuan ilmiah”.

Dari dimensi sosiologi ilmu, ilmu dibedakan menjadi dua yaitu sudut pandang ”internal” yang mengacu pada ”ilmu akademis’, dansudut pandang ”eksternal” yang mengacu pada ”ilmu industrial”. ”Ilmu akademis” relatif lebih menekankan pada pengkayaan tubuh pengetahuan ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran untuk kemungkinan-kemungkinan penerapannya lebih jauh (ilmu untuk ilmu).

 Sedangkan ”ilmu industrial” memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh ”ilmu ilmu murni”. Titik beratnya pada kemampuan instrumental ilmu dalam memecahkan problem-problem praktis disegala bidang kehidupan manusia.Pada pengertian yang lain menurut Saswinadi Sasmojo (1991),ilmu atau science diartikan sebagai bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah, dan berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari sistem-sistem serta penjelasan tentang pola-laku sistem-sistem tersebut.

 Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem alami, maupun sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang diinstitusionalisasikan. Bila sistem yang menjadi perhatiannya merupakan sistem alami, maka disebut ilmu pengetahuan alam atau ‘natural sciences’, dan bila yang menjadi perhatian adalah sistem-sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan masyarakat, maka disebut ilmu pengetahuan sosial atau ‘social sciences’ .
 b.Definisi Teknologi
Secara etimologis akar kata teknologi adalah ”techne” yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu. Juga berarti seni atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode (Runer, 1984).Teknologi merupakan sesuatu yang kompleks. Pengertiannya meliputi aspek pengetahuan dan bukan pengetahuan. Dari dimensi pengetahuan,teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman. Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau ilmu ”ilmu industrial”. Teknologi juga dipandang sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu terapan atau istilah lainnya”keahlian”. Sedangkan dari dimensi bukan pengetahuan,teknologi diartikan sebagai suatu produksi untuk tujuan-tujuan ekonomis.Merupakan suatu sistem yang netral untuk tujuan penggunaan apapun.

Teknologi juga merupakan ungkapan kepentingan manusia untuk berkuasa. Segala aktivitas kerja manusia untuk membantu secara fisik maupun intelektual dalam menghasilkan bangunan, produk, ataulayanan yang dapat meningkatkan produktivitas manusia guna memahami, beradaptasi, dan mengendalikan lingkungannya secara lebihbaik.Teknologi tidak lain sebagai artefak yang dihasilkan oleh manusia industrial modern dalam rangka memperluas kekuasannya atas jiwa danraga.

Teknologi juga dapat diartikan sebagai aktivitas dan hasil dari aktivitas yang merujuk pada pabrik-pabrik, barang, dan layanan.Sebagai suatu sistem yang kompleks, teknologi memiliki input,komponen, output, dan lingkungan. Input teknologi berupa kekuatan-kekuatan material, keahlian, teknik, pengetahuan, alat. Komponen teknologi berupa keahlian teknik, proses, fabrikasi, manufaktur, maupun organisasi. Output dari teknologi adalah bangunan fisik, barang,makanan, alat, organisasi, ataupun benda. Sedangkan lingkungan dari teknologi adalah sebagai komponen kebudayaan terutama ilmu.
C.Definisi Kebudayaan
Kata ”kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta”buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata ”buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan kata lain, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Istilah asing yang sama artinya dengan kebudayaan adalah culture berasal dari bahasa latin”colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (tanah atau bertani). Dari kata tersebut,culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soerjono Soekanto, 1982: 150).

Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto (1982: 151) merumuskan kebudayaan sebagaisemua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untukkerperluan masyarakat. Sedangkan menurut E.B.Taylor (1871) kebudayaan diartikan sebagai sesuatu yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, danlain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga.

Adapun sifat dan hakekat dari kebudayaan menurut Soerjono Soekanto (1982: 159) yaitu:

1) kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
2) kebudayaan telah ada lebih dulu menahului lahirnya suatu generasitertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang berangkutan.
3) Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkahlakunya.
4) Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiaban-kewajiban, tindakan yang diterima dan ditolak, yang dilarang dan diijinkan.

Tujuh unsur kebudayaan yang merupakan komponen universal dan relatif ada pada semua kebudayaan menurut Kluckholn seperti yang dikutip Soejono Soekanto (1982: 154) diantaranya:

1) peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan,alat tumah tangga, transpostasi, senjata, alat produksi dansebagainya)
2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,peternakan, maritim, sistem produksi, distribusi dan sebagainya)
3) sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, hukum,politik, perkawainan,dan sebagainya)
4) bahasa (lesan mupun tertulis)
5) kesenian (seni rupa, seni suara, gerak, dan sebagainya)
6) sistem pengetahuan
7) religi (sistem kepercayaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar