Rabu, 13 Agustus 2014
“Buta Terburuk Adalah Buta Politik"
Saat anda melihat seorang petinju berbadan besar sedang memukuli seorang anak kecil, anda tidak bisa berdiri pasif menonton saja, dengan dalih anda ingin netral. Jika anda seorang yang sehat jasmaniah dan rohaniah, anda harus memihak ke si anak, harus menolongnya, dan melawan si petinju, dengan mempertaruhkan nyawa anda sendiri. Jika anda bersikap netral, dan hanya melihat saja kebrutalan ini, itu berarti anda memihak si petinju keji itu dan mendukungnya untuk membunuh si anak. Pada dasarnya hal ini berarti anda sama dengan si pembunuh.
Renungkan ucapan ini, "Tragedi terburuk bukanlah penindasan dan kekejian orang jahat, tetapi didiamkannya hal itu oleh orang baik" (Marthin Luther King, Jr).
Begitu juga dalam dunia politik. Dalam politik anda sebagai orang baik harus memihak, tidak bisa netral. Saya memihak kejujuran, kebenaran, keadilan, integritas dan martabat. Politik saya politik cinta kasih. Cinta dalam konteks dunia politik adalah cinta yang kritis, bukan syahwat hewani yang tak terkontrol.
Saat anda melihat dan merasakan begitu kuatnya politik kebencian dan kebohongan dijalankan di negeri ini sampai-sampai para pembela politik cinta kasih dan kejujuran terdesak dan menjadi korban-korban tak bersalah, anda tidak bisa berdiri netral. Anda harus memihak, membela dan mendukung para pembela politik cinta kasih dan kejujuran.
Renungkanlah dalam-dalam apa yang dikatakan pujangga dan dramawan Jerman yang terkenal Bertolt Brecht (1898-1956) bahwa “buta terburuk adalah buta politik". Orang yang semacam ini tidak mendengar apapun, tidak melihat apapun, tidak mengatakan apapun, dan tidak berpartisipasi dalam kehidupan politik. Tampaknya dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang-kacangan, harga ikan, harga terigu, besarnya biaya sewa, harga sepatu dan obat-obatan, semuanya bergantung pada keputusan-keputusan politik. Dia bahkan membanggakan kebodohan politisnya dan dengan membusungkan dada berkoar bahwa dia membenci politik. Si pandir ini tidak tahu bahwa dari keengganannya berpolitik lahir para pelacur, anak terlantar, dan para perampok yang terburuk: para politikus busuk dan korup, dan antek-antek perusahaan-perusahaan multinasional yang telah mengeruk habis kekayaan negara.”
Karena itu, mari kita maju bersama, ambil bagian dalam kehidupan politik bangsa kita, kendatipun kita harus berat mendaki.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar